21 March 2013

ANALISA BASIC BLUE PRINT PEMBINAAN SEPAK BOLA INDONESIA



ANALISA BASIC BLUE PRINT PEMBINAAN SEPAK BOLA INDONESIA
Oleh: Timo Scheunemann (Dir. Pembinaan Usia Muda PSSI)


INTRO
PSSI ada sebagai lembaga olahraga yang bertujuan membina cabang olahraga sepak bola di Indonesia.

Tujuan pembinaan itu sendiri adalah terbentuknya TIMNAS yang tangguh dan berprestasi.  Semua program yang dilakukan dan direncanakan ke depan sudah seharusnya mempunyai satu muara yang sama; terbentuknya TIMNAS yang kuat.

Artinya faktor entertainment, faktor ekonomi,  politik, ego pribadi maupun kelompok dll tidak boleh memblokir  arus pembinaan ke muara yang sama tadi;  pembentukan timnas yang sanggup membanggakan bangsa dan negara.

Decission making PSSI harus sesuai dengan visi muara pembinaan yang berkualitas. Artinya setiap PSSI membuat keputusan visi muara pembinaan yang berkualitas hendaknya berfungsi sebagai kompas dalam memilah project yang diprioritaskan, memilih SDM, dan semua keputusan lainnya.

DUA MACAM PEMBINAAN
Pembinaan bisa dibagi menjadi dua guna memudahkan pemetaan kebutuhan pembinaan:

1)Pembinaan masa
Yang dimaksud dengan pembinaan masa adalah pembinaan SSB dan tim-tim sekolah formal. Pemain yang dimaksud  dalam kategori ini reat-rata bermain sepak bola mulai usia dini hingga berusia 17 tahun. Selanjutnya mereka bermain bola sebagai kegiatan rekreasi di universitas/desa/ tempat kerja.

Pembinaan masa tetap harus dilakukan karena pemain elite/ berbakat awalnya berada dan dibina di dalam kelompok ini. Kalau pembinaan masa diabaikan dasar-dasar bermain bola yang baik serta pengetahuan terkait  (gizi, taktik, perawatan cidera dll) tidak akan akan diperoleh di usia dini (5-12thn) dan usia muda sehingga potensi pemain berbakat tidak diraih secara maksimal.

Usulan project nyata yang perlu dilakukan  (kategori prioritas ) guna terjadinya pembinaan untuk masa:
  •       Pengadaan kurikulum (termasuk DVD visualisasi) sebagai pegangan yang standard bagi pelatih dan manajemen klub/SSB (sudah).
  •       Distribusi dan sosialisasi kurikulum (proses sedang berlangsung).
  •       Pemantauan dan penilaian implementasi kurikulum di ribuan SSB yang tersebar di Indonesia (menunggu terbentuknya asosiasi-asosiasi di daerah yang bisa melakukan tugas ini bersama pengcab atau pengprov dan universitas terdekat).
·     Diterbitkan SK yang memberi arahan soal pembentukan asosiasi lokal yang independen namun didukung oleh pengcab. Asosiasi/ paguyuban baik yang bersekala besar/ kecil, lokal maupun nasional diharapkan menjadi ujung tombak pembinaan usia muda. Pengcab tidak bisa diharapkan karena banyak yang tidak aktif membina. Asosiasi SSB, dilain pihak, mempunyai kepentingan yang sama; terlaksananya sebanyak mungkin turnamen dan kompetisi diantara anggota (karena servis yang sudah seharusnya diberikan oleh masing-masing SSB pada murid-muridnya selain latihan yang berkualitas adalah pertandingan).
 
      Turnamen bersekala nasional harus dingat hanyalah “bumbu penyedap” pembinaan usia muda. Turnamen dan kompetisi yang sebenarnya terjadi dalam sekala lokal namun kontinyu. Asosiasi dan pengcab harus ditekan untuk merealisasikan aspek pembinaan yang sangat penting ini; kompetisi lokal!

      Kalau muara pembinaan adalah TIMNAS maka hilir pembinaan adalah pelatihan pelatih. Sikon saat ini mengenai pelatihan pelatih sangat memprihatinkan. Saran saya di sebuah markas ABRI ditetapkan sebagai akademi kepelatihan satu pintu. Di lokasi yang sama ditetapkan sebagai akademi kepelatihan wasit satu pintu. Untuk level rendah (lisensi D untuk pelatih) tetap dilakukan “road show” pengadaan lisensi D ke berbagai daerah dibawah arahan Pak Bert Pentury dan tim. Untuk lisesnsi C keatas demi terciptanya kerapian organisasi dan pendataan serta standarisasi pengajar, fasilitas, materi, penyaringan penerimaan/kelulusan peserta dll kepelatihan pelatih harus dilangsungkan di satu tempat (satu pintu).

      Instruktur AFC harus ada dan perlu diminta kehadirannya secara jangka panjang mengingat ketertinggalan Indonesia dalam hal kepelatihan pelatih yang berkualitas , legal dan berstandard AFC. Diharapkan dalam setahun 300-600 lebih pelatih berlisensi C keatas dengan standard yang baik bisa tercipta melalui reformasi kepelatihan  pelatih dan wasit  yang teramat sangat dibutuhkan ini. Tanpa pelatih yang berkualitas mustahil pemain terdidik dengan baik. Karena itu sudah seharusnya project akademi kepelatihan ini menjadi prioritas utama!

Staf yang dibutukan: 1 Direktur akademi (Dir. tehnik PSSI), 1 manager sekaligus bendahara akademi, 2 instruktur kepala, 2 asisten istruktur, 1 pengawas AFC, 1 sekretaris, 2 ball boys/pembantu.

Karena peserta membayar serta lokasi yang bekerja sama dengan ABRI, biaya tambahan yang dibutuhkan tidak besar.

Untuk tim kepelatihan lisensi D yang melakukan road show ke daerah menurut saya paling sedikit diperlu kan 2 tim sehingga semakin luas/banyak daya jangkaunya.

2) Pembinaan elite
Yang dimaksud dengan pembinaan elite adalah pembinaan pemain dengan bakat sedang (sekelas amatir kota atau divisi 1-3 amatir nasional) dan bakat kelas atas (divisi utama, liga tertinggi dan TIMNAS). 
Usulan project nyata yang perlu dilakukan  (kategori prioritas ) guna terjadinya pembinaan untuk pemain kelas elite:
  • ·        Pengaturan pembatasan usia untuk divisi 1-3 amatir nasional (sudah).
  • ·        Liga prof berlangsung rapi, tegas, fair dan sehat secara finansial.
  • ·       Liga prof menetapkan 3 pemain asing yang dikontrak namun hanya 2 pemain asing yang boleh dimainkan. Dengan demikian terjadi penyaringan pemain asing secara otomatis dan setelah dikontrak masih ada persaingan antar pemain asing. Faktor entertainment tetap terjaga dan penyaluran pengetahuan juga  tetap terjadi tanpa meblokir pengembangan bakat pemain lokal.
 Mengapa harus 2? Karena kalau 3 pemain asing yang diperbolehkan main hampir semua pelatih akan memakai jasa pemain asing di tiga posisi krusial; center back, gelandang serang dan striker. Akibatnya TIMNAS akan kesulitas mencari pemain berbakat di 3 posisi pilar ini.
Visi PSSI (lihat bagian intro) seharusnya menjadi acuan dalam membuat keputusan termasuk dalam hal jumlah pemain asing di setiap klub.

Setiap tim pro secara tegas diharuskan memiliki akademi usia muda. Setiap tim pro wajib memiliki tim u12 (lokal), u15 (lokal) dan tim u21 (nasional). Untuk tim u21 diwajibkan memiliki asrama bagi pemain yang berasal dari manca daerah. Untuk itu dibutuhkan minimal 2 scout professional per klub; seorang scout untuk mencari pemain lokal berbakat serta seorang scout untuk mencari pemain berumur 16-21 dari seluruh Indonesia.

Standard akademi (pelatih berlisensi B, ada asrama, ada scout pro, sekolah tetap diutamakan, standard fasilitas terpenuhi, 3 youth teams, dll) harus disosialisasikan dan diawasi pelaksanaanya.
·     
      Scouting pemain harus dilakukan secara sistimatis. 37 scout nasional sudah ada dan diberi SK tapi belum sampai ke tangan para scout nasional. Perlu juga penyediaan dana untuk melakukan scouting secara sistimatis.
·     
      Setiap PENGCAB dan/atau asosiasi SSB diharuskan memiliki tim all star u10, u12, u15 dan u17. Latihan berlangsung 2x seminggu secara kontinyu (tidak hanya sebelum adanya turnamen). Pemain terbaik harus berlatih bersama pemain terbaik. Hal ini juga akan memudahkan scouting.
 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------



NB:
TUGAS DAN FUNGSI SEORANG DIREKTUR TEHNIK:
1. Pemilihan dan dan pengawasan staf pelatih dan program timnas-timnas junior (tetapi tidak untuk timnas senior!).
2. Membantu exco dalam memilih pelatih kepala untuk timnas senior dengan cara memberikan masukan/info terkait hal-hal tehnis.
3. Membuat dan mengawasi sistim scouting untuk keperluan timnas usia muda.
4. Mengawasi sistim kepelatihan pelatih.
5. Khusus untuk Indonesia , usulan saya, tugas Dir. Tehnik ditambah satu yakni pengawasan standarisasi akademi di setiap klub pro.

4 comments:

  1. coach, langkah apa yang harus kami tempuh jika kami ingin mendapatkan sertifikat kepelatihan?

    ReplyDelete
  2. Coach bagaimana cara mendapatkan sertifikat kepelatihan? mohon dibalas. coach bisa mention ke akun twitter saya @rezaadhy21. Terima kasih

    ReplyDelete
  3. Coach Timo, saya pecinta statistik bola dan bahkan sudah mulai membuat blog sendiri tentang sepakbola dan statistiknya (asbotik.blogspot.com), hanya saja saya yang sering heran padahal ada pemain yang secara statistik terlihat bagus sekali tapi sampai saat ini belum ada tim besar yang mengambil. Sebenarnya apa kekurangan data statistik yang tidak bisa dijadikan patokan dalam mengukur skill pemain? Terima kasih, coach karena sudah membantu memajukan sepakbola INdonesia.

    ReplyDelete
  4. makasih banyak infonya ya mengenai permainan sepak bola,salam kenal ya

    ReplyDelete