30 April 2013

SEMIFINAL LIGA CHAMPION 2013; SEBUAH REFLEKSI


Malang, 25 April, 2013

Pagi ini saya terbangun dan langit serasa berbeda; bukanya biru seperti biasanya tapi serasa telah berubah warna menjadi hitam-merah-kuning. Dua klub papan atas Jerman untuk semantara ini menunjukan keperkasaannya atas dua wakil Spanyol. Keunggulan sementara yang sangat telak ini (Bayern unggul 4:0 atas Barcelaona sementara BVB unggul 4:1 atas Real Madrid) memang istimewa mengingat tim yang dikalahkan adalah 2 tim teratas dunia. Walau begitu, dan bisa dikatakan karena itu, Bayern dan BVB tidak boleh lengah sedikitpun. Keunggulan mereka hanyalah itu; keunggulan yang sifatnya sementara. Masih ada laga berat di Spanyol. Memang keunggulan termasuk besar dan bisa saja membuat BVB dan Bayern merasa nyaman tapi KALAU ada tim-tim di dunia yang bisa membalikan ketertinggalan sebesar itu Real dan terutama Barca-lah timnya.

Prediksi all German final yang saya buat bebrapa waktu lalu memang dianggap subjektif oleh banyak pihak. Secara falsafah seorang manusia memnag tidak bisa terlepas dari kesubjektifitasan karena sadar atau tidak kita semua adalah subjek. Terlepas dari apakah opini saya subjektif (sebagai orang Jerman) atau objektif (sebagai ‘orang bola’ yang juga seorang pelatih) yang pasti opini saya didasari pertimbangan yang cukup matang.

Bayern sebagai contoh musim ini berbenah dibanding musim lalu. Kerangka tim masih sama sehingga mereka semakin padu ditambah faktor direkrutnya Mathias Sammer selaku Sports Director Muenchen berfungsi sebagai watchdog atau penjaga stabilitas Muenchen yang sebelumnya menjadi titik lemah. Perpaduan quality tim dan stabilitas performa inilah yang menjadi kunci sukses Bayern berada 20 poin diatas rivalnya BVB Dortmund yang berada di posisi ke dua Budesliga! Luar biasa! Sebuah pencapaian yang didasari kerendahan hati. Di awal musim pemain Bayern disuguhi pressing ala Barca dan Dortmund. Bayern bukan tim sembarangan tapi mereka mau belajar dari klub lain. Saya sangat menghormati itu!

Secara tehnis Bayern begitu memuakau karena kombinasi pertahanan yang disiplin bagaikan mesin serta kecepatan dua penyerang sayapnya plus jahudnya center forward mereka. Luar  biasanya lagi bukan hanya Mandzukic yang on fire tapi Gomez dan bahkan Pizzarro tidak mau kalah. Sebuah fenomena yang langka karena biasanya hanya satu center forward yang moncer per musim. Ini semua membuat Bayern menjelma menjadi spesial team dalam sejarah sepak bola sekelas Juventus semasa Michael Platini, AC Milan semasa Gullit , Baresi dan Van Basten, Manchaster United di jaman Eic Cantona, Barcelona bersama Messi, Iniesta dan Xavi, dan lain-lain. Inilah yang membuat saya begitu yakin tahun ini adalah tahunnya Beyern Muenchen.

Dortmund juga spesial. Dua musim sebelumnya mereka berhasil memecah kedigjayaan Bayern dan bahkan ‘memaksa ‘ Beyern belajar dari mereka. Suntikan motivasi ala Klopp yang tidak ada duanya di jagad sepak bola saat ini ditambah kebersamaan tim yang terjaga baik membuat BVB tampil begitu bersemangat di setiap petandingan. Dua juara Bundesliga mereka raih secara beruntun. Tahun inipun mereka tidak jelek , seperti yang dunia bisa saksikan semalam saat mereka menghempaskan raksasa dunia Real Madrid 4:1. Yang menjadi titik lemah adalah konsistensi. Selain itu pesaing terkuat mereka Byern Muenchen tahun ini teralu perkasa. Jadi bukan BVB tidak bagus, tapi kalah bagus. Sebuah persaingan papan atas yang betul-betul menguntungkan timnas Jerman yang juga sudah lama tidak terkalahkan dan mendominasi dunia sepak bola internasional bersama Spanyol.

Jerman sudah sekitar 6 tahun belakangan ini memetik hasil restrukturisasi pembinaan sepak bola Jerman. Di level usia muda klub-klub professional diharuskan memiliki akademi yang standardnya diawasi dengan ketat oleh federasi Jerman. Scouting di level junior juga diperbaiki dengan didirikannya sekitar 100 sichtpunkte atau titik scouting dimana pemain terbaik di wilayah tersebut didata dan berlatih bersama sekali seminggu (mengingat jarak yang jauh). Kursus kepelatihan juga ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. Ini efeknya luar biasa baik di level atas maupun usia muda mengingat kualitas SDM pelatih adalah hal yang paling menentukan dalam hal penciptaan pemain!

Peraturan pemerintah Jerman yang mengharuskan klub-klub professional untuk harus untung secara finansial juga berdampak positif; pemain muda yang notabene lebih murah mendapatkan lebih banyak kesempatan bermain di level atas sejak jauh lebih muda dari sebelumnya.

Secara brand Bundesliga memang masih kalah dibandingkan Premiere League. Tapi secara policy pembinaan, sound financial planning, dan kualitas kompetisi antar klub yang sangat menarik sehingga stadion Bundesliga selalu penuh, Bundesliga jelas unggul dan layak untuk ditiru.

All German final layak menjadi hadiah kerja keras DFB (federasi Jerman) dan DFL (regulator Bundesliga).  Subjektif? Mungkin saja. Yang pasti ada dasar pemikiran di belakangnya.

 Salor!

@coachtimo

29 April 2013

Ulasan Indonesia vs Saudi Arabia


Amat disayangkan Indonesia akhirnya kalah 1-2 oleh Saudi Arabia di stadion GBK, Jakarta.  Lagi-lagi bola atas menjadi momok yang meruntuhkan pertahanan Indonesia. Hal ini sebenarnya telah diprediksi sebelumnya oleh banyak pihak termasuk duo pelatih RD dan Jacksen.

Hamka hamzah saat gol pertama terpaku melihat bola sehingga tidak memperhatikan pergerakan striker Saudi. Akibatnya penempatan posisi Hamkah salah sekitar 2 meter. Kesalahan yang umum disebut sebagai “ball watching” ini memang sangat sering terjadi di level apapun dan dimanapun juga. Perlu usaha dan kemampuan yang ekstra untuk tidak terjerumus pada kesalahan “ball watching” yang mematikan ini. Hal ini dikarenakan secara natural manusia, terutama pria, terbiasa untuk hanya fokus pada satu hal saja.
Gol kedua terjadi karena Hamka kalah duel udara. Kali ini posisi dan determinasinya sudah benar, hanya saja faktor tinggi badan dan daya lompat lebih berpihak pada penyerang Saudi.

Terlepas dari masa persiapan yang sangat minim (praktis hanya 4 hari saja ) permainan Indonesia yang penuh semangat bisa lebih maksimal seandainya M. Ridwan tidak diposisikan di attacking midfield  dan duo holding midfielder Wanggai dan Ponaryo lebih agresif baik dalam bertahan maupun menyerang. Dua defensife midfielder yang menurut saya adalah yang terbaik di Indonesia saat ini Taufik dan Bustomi mungkin bisa diberi kesempatan kedepannya.

Daya dobrak Indonesia bisa lebih maksimal apabila attacking midfield Irfan Bachdim atau Stefano Lilipaly atau Firman Utina diberi kesempatan. Selain itu pertandingan semalam menunjukan Greg Nowokolo teralu penting perannya untuk sekedar menjadi pelengkap. Setelah Ian kabes keluar digantikan Greg serangan terlihat jelas lebih mengalir dan berbahaya.

Tanpa persiapan yang matang tentu kita tidak bisa mengharapkan permainan yang mengalir dengan cantik. Tapi potensi untuk itu ada; tim ini berpotensi menjadi winner. Saya hanya berharap usia rata-rata pemain bisa diturunkan dengan lebih banyak memberi kesempatan pemain muda. Indonesia perlu peremajaan timnas. Trend peremajaan pemain yang sudah dilakukan di era Nil Maizar perlu dilanjutkan. Selain itu saya berharap kedepan tidak ada lagi pembedaan antara pemain ISL dan IPL, pemain naturalisasi dan non naturalisasi, dan lain-lain. Semua berjuang untuk satu tujuan; keharuman nama bangsa Indonesia.

Oh ya, satu lagi, semoga kedepan pengurus dan pejabat bisa menyanyikan lagu kebangsaan dari tempat yang telah disediakan (di tribun vvip) dan bukan di lapangan disamping pemain. 

Biarlah lapangan hijau menjadi arena pemain dan pelatih yang bebas dari politik.

Tetap semangat Indonesia!
@coachtimo