Amat
disayangkan Indonesia akhirnya kalah 1-2 oleh Saudi Arabia di stadion GBK,
Jakarta. Lagi-lagi bola atas menjadi
momok yang meruntuhkan pertahanan Indonesia. Hal ini sebenarnya telah
diprediksi sebelumnya oleh banyak pihak termasuk duo pelatih RD dan Jacksen.
Hamka hamzah saat gol pertama terpaku melihat bola sehingga tidak memperhatikan pergerakan striker Saudi. Akibatnya penempatan posisi Hamkah salah sekitar 2 meter. Kesalahan yang umum disebut sebagai “ball watching” ini memang sangat sering terjadi di level apapun dan dimanapun juga. Perlu usaha dan kemampuan yang ekstra untuk tidak terjerumus pada kesalahan “ball watching” yang mematikan ini. Hal ini dikarenakan secara natural manusia, terutama pria, terbiasa untuk hanya fokus pada satu hal saja.
Gol kedua
terjadi karena Hamka kalah duel udara. Kali ini posisi dan determinasinya sudah
benar, hanya saja faktor tinggi badan dan daya lompat lebih berpihak pada
penyerang Saudi.
Terlepas dari masa persiapan yang sangat minim (praktis hanya 4 hari saja ) permainan Indonesia yang penuh semangat bisa lebih maksimal seandainya M. Ridwan tidak diposisikan di attacking midfield dan duo holding midfielder Wanggai dan Ponaryo lebih agresif baik dalam bertahan maupun menyerang. Dua defensife midfielder yang menurut saya adalah yang terbaik di Indonesia saat ini Taufik dan Bustomi mungkin bisa diberi kesempatan kedepannya.
Daya dobrak Indonesia bisa lebih maksimal apabila attacking midfield Irfan Bachdim atau Stefano Lilipaly atau Firman Utina diberi kesempatan. Selain itu pertandingan semalam menunjukan Greg Nowokolo teralu penting perannya untuk sekedar menjadi pelengkap. Setelah Ian kabes keluar digantikan Greg serangan terlihat jelas lebih mengalir dan berbahaya.
Tanpa persiapan yang matang tentu kita tidak bisa mengharapkan permainan yang mengalir dengan cantik. Tapi potensi untuk itu ada; tim ini berpotensi menjadi winner. Saya hanya berharap usia rata-rata pemain bisa diturunkan dengan lebih banyak memberi kesempatan pemain muda. Indonesia perlu peremajaan timnas. Trend peremajaan pemain yang sudah dilakukan di era Nil Maizar perlu dilanjutkan. Selain itu saya berharap kedepan tidak ada lagi pembedaan antara pemain ISL dan IPL, pemain naturalisasi dan non naturalisasi, dan lain-lain. Semua berjuang untuk satu tujuan; keharuman nama bangsa Indonesia.
Oh ya, satu lagi, semoga kedepan pengurus dan pejabat bisa menyanyikan lagu kebangsaan dari tempat yang telah disediakan (di tribun vvip) dan bukan di lapangan disamping pemain.
Biarlah lapangan hijau menjadi arena pemain dan pelatih yang bebas dari politik.
Tetap semangat Indonesia!
@coachtimo
No comments:
Post a Comment